Pernahkah anda membayangkan bahwa sebuah buku mampu menggerakkan orang-orang untuk melakukan suatu kegiatan sederhana, namun besar dampaknya bagi kehidupan manusia. Bagi rekan-rekan yang telah mengikuti Training of Trainer Read Aloud bersama Ibu Roosie Setiawan, pasti sudah sangat familiar dengan buku ini. The Read Aloud Handbook, sebuah buku yang ditulis oleh Jim Trelease, menjadi buku pegangan yang wajib dibaca oleh peserta TOT Read Aloud. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 1979 ini telah dialihbahasakan ke beberapa bahasa dan diterbitkan di berbagai negara seperti Inggris, Australia, Jepang, Cina, Spanyol, dan Indonesia.
Buku yang Trelease dedikasikan untuk cucunya tersebut, dalam perjalanannya telah banyak mencerahkan orangtua, guru, dan pegiat literasi, yang kemudian mendalami Read Aloud sebagai salah satu metode literasi yang patut disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri. The Read Aloud Handbook, buku yang mengulas filosofi dan praktek Read Aloud, mampu menggugah banyak orang untuk membacakan nyaring dan menjadikan praktek literasi sebagai kegiatan yang bermakna dan menyenangkan.
Mengapa membacakan nyaring? Buku ini dimulai dengan sebuah bab yang mengulas tentang perjalanan literasi seorang anak dimulai dari rumah hingga dilanjutkan di sekolah. Trelease (2017) menunjukkan fakta yang cukup mencengangkan bahwa antusiasme anak terhadap buku cenderung berkurang seiring pertumbuhan dan perkembangan literasinya di sekolah. National Reading Report Card mencatat saat masih di TK dan SD tingkat rendah, anak-anak masih memiliki 100 persen minat dan antusiasme terhadap membaca, namun ketika masuk pendidikan menengah hanya 30 persen siswa SMP dan 19 persen siswa SMA yang masih konsisten dengan aktivitas membaca.
Fenomena melemahnya antusiasme terhadap literasi di berbagai jenjang juga terjadi di negara kita Indonesia, sehingga menuntut kita bertindak dan membumikan literasi sebagai kegiatan yang sepatutnya menyenangkan dan mengasah kemampuan anak/siswa agar siap menghadapi tantangan masa depan. Dalam bukunya, Trelease berpesan “Satu-satunya kegiatan terpenting guna membangun pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses membaca adalah membacakan nyaring. Membacakan nyaring harus senantiasa dilanjutkan di setiap tingkatan tidak hanya di rumah, tetapi juga di kelas.” Kutipan ini semestinya menjadi motivasi kita untuk bergerak menjadikan Read Aloud sebagai metode yang sangat efektif dalam membersamai perjalanan literasi anak/siswa kita baik di rumah maupun di ruang kelas.
Pada bab kedua, Trelease menjelaskan bahwa waktu yang tepat untuk memulai membacakan nyaring adalah sedini mungkin. Ia mengungkapkan bahwa membacakan buku kepada anak sejak perkembangan awal kehidupannya merupakan kegiatan pengkondisian terhadap aktivitas literasi dini. Proses ini setidaknya mampu menumbuhkan kecintaan anak terhadap membaca dan menanamkan pengalaman yang menyenangkan antara orangtua dan anak melalui membaca. Membacakan buku seperti The Very Hungry Caterpillar karya Eric Carle, mampu membangun bonding antara orangtua dan anak, menstimulasi kemampuan bicara anak, dan mengenalkan kosakata baru yang berulang (Trelease, 2017).
Banyak makna yang disampaikan Jim Trelease dalam bukunya. Membaca buku The Read Aloud Handbook membuat kita terbangun dan terinspirasi untuk konsisten melakukan kegiatan sederhana bernama membacakan nyaring. Dalam konteks pergerakan komunitas literasi di Indonesia, buku The Read Aloud Handbook telah menjadi panduan bagi para pegiat literasi untuk menyebarluaskan virus membacakan nyaring ke seluruh Indonesia. Sudahkah anda membacakan nyaring hari ini? Selamat membaca dan menyemai berbagai keajaiban. Read Aloud! Change the World!
Ditulis oleh Vannya Handayani (Eduliteracy)
Cakeep